Rabu, 27 Agustus 2008

Tugas Akhir SIT

Implementasi Enterprise Med Solution pada Rumah Sakit Pertamina Jaya

Profil Organisasi
Rumah Sakit Pertamina Jaya (RSPJ) adalah salah satu unit usaha dari PT. Pertamina Bina Medika (PERTAMEDIKA) yang bergerak dibidang jasa layanan kesehatan dan merupakan rumah sakit tipe C plus dengan 70 tempat tidur.
Visi RSPJ
Menjadi " Institusi Pemeliharaan Kesehatan " yang memberikan Layanan Prima dan menjadi lebih baik dari institusi pelayanan kesehatan setara dengan berlandaskan Moral Agamis.
Misi RSPJ
1.Menjalankan kegiatan operasional secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan nilai tambah bagi stakeholders (pelanggan, pekerja, mitra kerja, pemilik dan masyarakat)
2.Melaksanakan pelayanan kesehatan berdasarkan paradigma sehat sesuai kebutuhan pelanggan dengan standar pelayanan prima dan terpadu
3.Membangun SDM yang berkualitas melalui mekanisme pembelajaran berkesinambungan.
Filosofi dalam menjalankan misi ialah layanan PRIMA (Profesional, Ramah, Ikhlas, Mutu, Antusias)
RSPJ memiliki fasilitas berupa ;
1. Unit Gawat Darurat (UGD),
2. Poliklinik Rawat Jalan (Umum & Spesialis)
3. Rawat Inap (VIP, kelas I, II, III, Kamar Anak, Kamar Isolasi)
4. Medical Check Up (Paket Standar, Paket Tepat Guna, Paket Eksekutif, Paket Calon Pekerja, Paket Pekerja, Paket Khusus dan Paket Pelaut)
5. ICU/ICCU
6. Kamar Bedah dan Persalinan
7. Rehabilitasi Medik
8. Hemodialisa
9. Laboratorium 24 jam
10. Radiologi
11. Kamar Tindakan Medis
12. Ambulan dan Tim P3K
13. Tim Kesehatan bencana alam
14. Apotik
15. Klub Senam : Senam Hamil, Diabet, Asma, Jantung & Aerobic.
16. Kantin
17. Toko Serba Ada (Koperasi)
19. Masjid
Rumah Sakit Pertamina Jaya beralamat Jl. Jend. Ahmad Yani No. 2 By Pass, Cempaka Putih, Jakarta Pusat Telpon : (021) 4211911, Fax. (021) 4211913
Inisiasi Perombakan Sistem Informasi
Sudah bertahun-tahun Rumah Sakit Pertamina Jaya (RSPJ) dihadapkan masalah akan sistem teknologi informasinya yang sebagian besar tergantung pada aplikasi berlisensi (proprietary software). Proyek-proyek inovatif sering dibatalkan mengingat biaya tinggi dan disaster recovery time yang lamanya tidak dapat ditoleransi. Untuk itu, RSPJ mencoba beralih ke opensource. Memang sulit pada awalnya, namun para pegawai mengatakan segala sesuatu menjadi lebih mudah seiring open source software (OSS) makin mendominasi di sana.
Dr. Prabowo Soemarto yang ketika itu menjabat Dirut RSPJ, yakin OSS yang berbiaya murah bisa dimanfaatkan untuk organisasi skala menengah besar sekelas RSPJ. Beruntung penerusnya, dr. Dewi Lestari, Dirut RSPJ saat ini, satu visi dalam melihat arah pengembangan dan pemanfaatan TI di RS ini. Dengan kepercayan diri pimpinan puncaknya ini, Tim TI RSPJ mulai membedah dan mengganti aplikasi berlisensi dan hardware yang gagal, dan mengimplementasikan teknologi open source.
Kondisi Sistem Informasi RSPJ
Seperti diakui Eko Budi Sulistiyanto, Kepala Divisi TI RSPJ, ketika belum mengimplementasikan sistem baru, hanya aktivitas billing (pembayaran oleh pasien) dan inventory (pengadaan barang dan stok) saja yang sudah direkam secara elektronis. Sementara transaksi lain, sudah ditulis (direkam) tapi masih manual. Bahkan data medical record electronic (MRE) yang merekam catatan medis dari dokter terhadap masing-masing pasien juga belum tersedia. Transaksi keuangan yang sangat vital pun masih manual sehingga sering terjadi adanya jurnal pendapatan dan jurnal biaya dalam neraca keuangan RSPJ yang belum terekam. Pengolahan data keuangan masih terpisah dengan aplikasi front end-nya. Keluhan pemimpin RSPJ waktu itu ialah walaupun sudah punya staf keuangan bertitel sarjana ekonomi, pekerjaannya hanya memasukkan data. Padahal sebenarnya data sudah dimasukkan lebih dulu di bagian logistik. Selain banyak hal mubazir, staf bagian keuangan juga sering bekerja lembur karena harus memasukkan data ulang dari departemen lain. Jadi akar masalahnya ialah sistem belum terintegrasi antarbagian.
Untuk kebutuhan seperti itu, manajemen berpikir bahwa biaya untuk merombaknya pasti sangat mahal, khususnya bila memakai produk aplikasi ternama yang berlisensi dari vendor besar dan makin besar lagi ketika menyangkut aplikasi yang besar. Kemudian, manajemen RSPJ berpikir untuk bagaimana menemukan software yang lebih murah tapi dari sisi keandalan tidak kalah. Maka muncullah ide memakai Linux atau open source technology.
Kini seluruh pengguna komputer di RSPJ sudah terintegrasi dalam sistem berbasis Linux. Tak kurang dari 150 PC (user/client) semuanya menggunakan Linux, tak terkecuali Bagian Administrasi RS. Prosesnya memakan waktu lima tahun (2000-2005) untuk menguras semua perangkat berlisensi yang memakan banyak biaya, tahap dalam mengganti sistem operasi dan integrasi aplikasi manajemennya. Semua bagian sudah terkoneksi melalui modul-modul aplikasi berbasis open source yang terintegrasi. Secara garis besar, ada lima modul aplikasi besar yang dibuat, dikembangkan dan dijalankan RSPJ. Yakni: modul aplikasi billing system, modul inventori (sebelum ke Linux aplikasi ini sudah ada tapi sekarang disempurnakan dan diganti yang berbasis open source), modul aplikasi MRE, HRD, dan modul keuangan. Manajemen RSPJ menamai seluruh sistem aplikasi lengkapnya itu Enterprise Med Solution (EMS). Untuk per modulnya RSPJ sengaja tidak diberi nama.
Metode Pengembangan Software di RSPJ
E. Wainright Martin et al (2005) mendefinisikan tiga pendekatan dalam mengembangkan aplikasi, yaitu metodologi siklus hidup pengembangan system (Systems Development Life Cycle methodology – SDLC), metodologi prototype (Prototyping Methodology), dan Rapid Application Development (RAD). SDLC merupakan pendekatan yang sangat terstruktur, terdiri dari :
Fase definisi yang mendefinisikan requirements yang tentu saja untuk memperoleh pemahaman requirements tersebut dilakukan uji kelayakan (feasibility analysis) sebelumnya. Aspek yang diuji kelayakannya ialah economic, operational, dan technical. Dari hasil analisis dihasilkan requirements yang berhubungan dengan logical design dan dituangkan ke dalam system requirements document.
Fase konstruksi yang meliputi system design, system building, dan system testing.
Fase implementasi yang meliputi installation, operations, dan maintenance.
Pendekatan prototype merupakan evolutionary development process yaitu melakukan perubahan sesuai dengan tuntutan demi tuntutan user selama proses uji coba suatu software. RDC menggabungkan kedua pendekatan tersebut dimana keterlibatan user dalam tiap tahap SDLC sangat tinggi. Pendekatan RDC ini diadopsi oleh RSPJ yang ketika itu tergolong rumah sakit kecil, namun memiliki rata-rata kunjungan 500-600 pasien per hari. Dengan RDC, RSPJ dapat menghemat banyak baik dari segi waktu maupun biaya, dibanding menggunakan SDLC. Selain itu RSPJ memang hanya memfokuskan pada system requirements yang diinginkan manajemen kemudian menyesuaikan dengan keinginan para pemakainya.
Penentuan arah bagi Sumber daya Informasi (Setting A Direction for Information Resources)
Pengembangan software pada RSPJ berawal dari billing system yang sudah ada sebelumnya. Billing system yang dibangun ketika itu memang sudah online, tapi sistem tersebut hanya menangani keperluan bagian keuangan, sedangkan aktivitas rumah sakit tidak hanya keuangan. Software yang diinginkan manajemen ialah software yang mampu melakukan monitoring terhadap semua kegiatan layanan kesehatan di RSPJ kemudian juga antara satu bagian dengan bagian lain bisa saling terkait.
Pada tahap awal pengembangan itu, Juni 1999, baik Dirut RSPJ maupun Manager IS RSPJ dan timnya masih belum tahu kemungkinan-kemungkinan keperluan yang harus disediakan dan dibangun di atas sistem operasi apa. Langkah awal yang dilakukan manajemen RSPJ ialah menetapkan arahan untuk sumber daya informasi. Langkah ini diperlukan untuk mengumpulkan informasi yang tersebar di tiap-tiap poli milik RSPJ, mengkomunikasikan arah RSPJ di masa depan dan bagaimana bentuk penggunaan software dalam rumah sakit, dan memberikan suatu panduan konsistensi rasional bagi individu dalam mengambil keputusan pada kemudian hari. Untuk itu, dimulailah pengumpulan data dari user dari masing-masing poli milik RSPJ yang berjumlah 5 buah. Proses ini memakan waktu kurang lebih dua tahun dan ditetapkan bahwa software akan dibangun di atas sistem operasi Linux. Karena belum ada contoh sebelumnya di Indonesia dalam membangun sistem di atas sistem operasi Linux, maka kemudian manajemen RSPJ menginstruksikan tim TI-nya untuk mempelajari terlebih dahulu kemungkinan dan kelayakan migrasi dari sistem yang sebelumnya berbasis Windows ke open source.

Change Management
Change management ialah kemampuan untuk secara sukses memperkenalkan perubahan ke unit-unit organisasi dan personilnya. Kemampuan ini merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam implementasi suatu software baru pada suatu organisasi. Pada kasus RSPJ, perombakan paradigma secara total, menimbulkan resistensi dari para dokter, terutama dari para dokter sepuh. Hal tersebut wajar terjadi mengingat untuk resep, misalnya, semula dokter cukup menulis dengan tangan, kini mereka harus menulisnya di komputer. Bagi dokter muda yang sudah terbiasa bersentuhan dengan komputer tidak masalah, tapi bagi dokter sepuh hal ini menjadi suatu kendala bagi mereka. Untuk mengatasi hal itu, divisi TI menggelar pelatihan kepada para user. Pelatihan dibagi menjadi dua: pengenalan komputer dan pengenalan aplikasi. Pelatihan jenis pertama, user dikenalkan dengan hal-hal dasar pada komputer seperti monitor, keyboard dan mouse. Setelah dokter mengerti hal-hal dasar, mereka dibiasakan mengenali letak huruf-huruf yang ada di keyboard. Setelah semua itu dikenali dengan baik, baru menginjak pada jenis pelatihan kedua, yaitu pengenalan aplikasi. Pada tahap ini mereka diajarkan bagaimana memasukkan data dan dikenalkan dengan aplikasi yang akan diterapkan di bagian masing-masing. Pelatihan dalam tiga gelombang dan berjalan selama sebulan itu sukses terlaksana.
Komitmen pucuk pimpinan juga sangat menentukan dalam keberhasilan change management. Divisi TI terbantu oleh komitmen pucuk pimpinan ketika itu. Para user mau tidak mau harus mengikuti pelatihan tersebut mengingat penggantian software merupakan kebijakan rumah sakit. Bila mereka tidak dapat menggunakannya, pasti posisinya akan diganti oleh orang lain yang mampu. Kemudian untuk para dokter sepuh itu yang tidak memasukkan data atau mengikuti sistem yang ada, jasa mereka di RSPJ tidak akan bayar. Bentuk resistensi juga terjadi dalam bentuk respons time yang lama, bahkan lebih lama dibandingkan dengan sistem pelayanan ketika masih manual. Namun, change management yang bertumpu pada komitmen pucuk pimpinan dalam menggunakan software yang telah dikembangkannya, mampu mengatasi resistensi tersebut.
Selain itu, hambatan dalam proses migrasi ke Linux juga menjadi makin kecil ketika para user melihat tampilan pada aplikasi open source yang mirip dengan aplikasi sebelumnya. Dengan Linux juga dimungkinkan membuka file berformat MS doc atau Excel.

Tantangan Yang Dihadapi Kepemimpinan Sistem Informasi (The Challenges Facing IS Leadership)
Industri kesehatan pada umumnya dan rumah sakit pada khususnya sangat konservatif untuk mencoba sesuatu yang baru. Lembaga kesehatan biasanya enggan terhadap risiko reliabilitas dan keamanan yang mereka rasakan dalam jaringan komputer mereka. Selain itu, instalasi opensource lebih sulit (perlu tambahan usaha) dibanding aplikasi berlisensi. Banyak yang menyangsikan kualitas layanan yang akan diberikan ketika sebuah rumah sakit mulai berpikir migrasi ke open source. Demikian pula pada kasus implementasi opensource di RSPJ. Tak heran ketika RSPJ yang punya customer base (pasien) total 50 ribu orang itu mencoba migrasi ke Linux, banyak pihak yang menyangsikan prospeknya.
Ketika hendak menginstal aplikasi Linux ke server RSPJ kala itu, tim TI mengalami kesulitan dalam mencari orang yang kompeten menginstal atau melakukan setting Linux di server IBM mereka. Meskipun sulit, tim TI RSPJ tak putus asa dan kehilangan akal, mereka mencoba berusaha mencari orang-orang yang kompeten melalui chatting atau milis yang membahas open source di Internet, juga ke situs-situs asal Singapura yang sering menampilkan diskusi seputar Linux. Dengan usaha keras, akhirnya tim berhasil melakukan instalasi tersebut. Berangkat dari pengalaman ini, tim makin percaya diri dalam melakukan migrasi ke open source.
Hambatan lainnya ialah pada saat akan melakukan optimalisasi database. Ketika itu tak banyak support dan literatur yang bisa membantu dan menjadi acuan. Untuk itu, tim mencari tahu dari komunitas Linux. Dalam dunia open source, memang harus kreatif dan punya inisiatif sendiri untuk mencari solusi karena sumber di luar masih terbatas. Modalnya banyak bertanya dan aktif masuk di komunitas Linux. Kemudian, proses migrasi Linux di RSPJ yang memakan waktu paling lama ialah proses kustomisasi. Contohnya ketika mau membuat aplikasi MRE yang merupakan catatan kesehatan masing-masing pasien. Awalnya bentuk template hanya memindahkan dari file manual yang sudah dimiliki menjadi format elektronik. Ternyata di tengah jalan banyak masukan karena para dokter minta kustomisasi sesuai dengan kebutuhan mereka. Namun kini, prosesnya bisa dikatakan telah selesai dan tinggal upgrading kecil bila diperlukan.
Dari sini, bisa kita lihat peran kepemimpinan IS pada manajemen RSPJ. Meskipun masih banyak anggapan bahwa perusahaan yang mencari aplikasi open source hanyalah perusahaan miskin yang mencoba mencari jalan keluar dari keterbatasan anggaran belanja TI-nya serta banyak pihak yang menyangsikan prospeknya, manajemen RSPJ tetap menjalankan migrasinya. Manajemen puncak yang didukung tim TI RSPJ berkeyakinan bahwa open source bisa berkinerja bagus, dan yang penting biayanya lebih efisien.

Proses Bisnis di RSPJ Sekarang
Proses pengadaan barang di RSPJ kini langsung bisa di-link bagian keuangan. Selain itu, dokter bila menulis resep akan langsung diketahui harganya oleh bagian apotek RSPJ sehingga membantu pasien untuk mengurangi waktu tunggu di apotek. Prosesnya ialah begitu dokter menulis resep di komputer, maka petugas apotek bisa langsung mencetak. Kemudian apotek bisa langsung memberi pelayanan obat dan ketika pasien datang ke apotek RSPJ dapat langsung mengambil obat yang baru saja dibuat, tak usah menunggu. Ritme kerja apotek lebih ringan.
Proses pengumpulan data medis di RSPJ secara elektonis juga terekam baik, sehingga memudahkan analisis baik dari sisi dokter maupun manajemen RSPJ. Kemudahan dari sistem baru tersebut memungkinkan mencari informasi medis pasien, misalnya berapa jumlah pasien yang menderita penyakit atau punya keluhan tertentu, atau berapa pasien RSPJ yang asalnya dari kecamatan tertentu.
Pemberian resep obat yang terkait asuransi kini juga lebih mudah ditangani. Dokter dapat menentukan dengan cepat obat yang bisa diklaim asuransinya oleh pasien. Kini, semua dokter mudah mengetahui data-data itu sejak awal dari informasi di sistem EMS milik RSPJ. Semua sistem kerja sama dengan semua asuransi didata dalam sistem dan dikoneksikan ke semua dokter, sehingga ketika akan memberikan resep ke pasien yang di-cover asuransinya, para dokter tak perlu bingung lagi. Dengan cara ini juga meminimalkan kerugian baik yang dialami pasien maupun RSPJ. Kalau prosesnya manual hal-hal ini mungkin saja dilakukan tapi prosesnya lebih sulit.
Di RSPJ sendiri, bahasa pemograman yang dipakai untuk membangun aplikasi front end adalah WX Phyton. Sebelum go open source, aplikasi di lini ini (front end) dibangun memakai Visual Basic. Adapun data database-nya berganti dari MS SQL 6 menjadi PostgresSQL seri 3. Untuk sistem operasional servernya menggunakan Linux SuSe. Sedangkan pada sisi klien lebih beragam, seperti Mandrake, Fedora, dan lain-lain.
Kini banyak rumah sakit yang melakukan go open source. Kecenderungan ini dipicu oleh beberapa faktor. Yang pertama ialah forward-thinking, yang merupakan setting langkah suatu rumah sakit progresif. Pemicu lainnya ialah ketersediaan administrator jaringan yang makin banyak yang menawarkan aplikasi dan jasa business solution.
Keputusan migrasi dari proprietary ke open source technology biasanya berawal dari biaya. Kebutuhan akan kinerja dan fleksibilitas yang lebih baik sebagai pertimbangan selanjutnya. Migrasi ke Linux membantu RSPJ mengurangi pengeluaran peralatan secara signifikan. Apa yang kini dimiliki RSPJ sangat lebih baik dibanding sebelumnya.
Meskipun demikian, melakukan migrasi ke open source di pasar yang vertikal, seperti pusat kesehatan, memiliki beberapa masalah, yang nantinya juga akan hilang yaitu dengan ketersediaan software yang makin hari makin melimpah dibanding sebelumnya. RSPJ kini harus menyandarkan pada komunitas open source di internet untuk mengatasi masalah mereka.
Menggunakan aplikasi open source pada lingkungan rumah sakit sangat bermanfaat. Mengapa harus mengeluarkan banyak uang untuk memiliki produk yang terbatas penggunaannya?
Sumber :
http://www.ebizzasia.com/0102-2002/enterprise,0102,02.htm
http://www.swa.co.id/swamajalah/swadigital/details.php?cid=1&id=3210&pageNum=15
http://rspertaminajaya.multiply.com/
Martin, E. Wainright, Carol V. Brown, Daniel W. DeHayes, Jeffrey A. Hoffer, William C. Perkins, (2005). Managing Information Technology. 5th Edition, Prentice Hall.

Selasa, 26 Agustus 2008

Berkenalan dengan Open Source

Secara bahasa opensource berarti kode terbuka, yang dapat diinterpretasikan sebagai program komputer yang sudah dibuat dapat diperoleh dalam bentuk aslinya oleh pihak lain seluas-luasnya selain dari pihak pembuat program komputer tersebut. Bahkan dapat dilakukan perubahan pada program sesuai dengan keperluan pemakai atau pengembangan selanjutnya. Konsep open source sangat berbeda dengan konsep closed source. Pada konsep closed source, program komputer hanya disebarluaskan dalam bentuk binary yang siap dijalankan, dan tentu saja kita tidak bisa melihat source codenya karena yang terlihat adalah bahasa mesin.
Konsep lain yang perlu diketahui adalah General Publik License (GPL), share ware, dan freeware. Dengan dilisensi GPL, berarti suatu perangkat lunak dapat digabungkan, dimodifikasi, didistribusikan oleh pihak lain, tanpa ada pembatasan dari si pembuatnya. Konsep tersebut harus dibedakan dari konsep gratis. Konsep shareware adalah bentuk jalan tengah. Dengan konsep tersebut si pembuat perangkat lunak memberikan versi demonya, untuk memaksimalkan penggunaan dan mendapatkan fitur lengkap, pemakai harus mengirim sejumlah uang ke si pembuat. Konsep terakhir ialah freeware. Pada konsep ini, pemakai dapat memanfaatkan suatu perangkat lunak secara bebas, download dari situs web, tanpa harus membayar sepeserpun kepada pembuat. Pada konsep tersebut tidak disinggung tentang ketersediaan source code-nya.

Istilah open source tidak semata-mata hanya berarti adanya keterbukaan untuk mengakses source code perangkat lunak, namun sebenarnya memiliki cakupan arti yang lebih luas dari itu. Misalnya, sebagaimana tertuang pada Open Source Definition, yaitu:
- free redistribution
- source code
- derived code
- integrity of the author's source code
- no discrimination against persons or group
- no discrimination against fields of endeavor
- distribution of license
- license must not be specific to a product
- license must not contaminate other software

Sebaliknya, lisensi software berisi hal-hal sebagai berikut:
- Kita membeli lisensi atas software, bukan membeli software itu sendiri
- Tidak boleh disalin/di-kopi
- Hanya untuk satu komputer saja
- Tidak berhak untuk mendapatkan kode program/source-code
- Jika kita melanggarnya, kita dapat dikenai denda atau dituntut di pengadilan.

Aplikasi Open source yang banyak digunakan : Linux, Free BSD, Apache Web Server, SQUID cache server, Iptables (firewall), dan TC / Traffic Controll

Berkenalan dengan Linux

Apakah Linux itu?

Linux pada dasarnya merupakan suatu sistem operasi (OS). Sistem operasi yang biasa kita kenal dan mungkin sedang dipakai saat ini ialah MS Windows.
Linux merupakan bagian dari grakan revolusioner yang disebut gerakan open-source. Linux is a programmer's dream come true, it has the best compilers,
libraries, and tools in addition to its being open-source. A programmer's only limit then, is his knowledge, skill, time, and resolve.

Apakah distro itu?

Distro adalah kependekan dari distribution. Distro merupakan kreasi dari seseorang terhadap sistem operasi Linux. Hal ini disebabkan Linux yang bersifat open source, sehingga tiap developer dapat menulis sesuai krasi mereka. Kebanyakan para developer melepas kembali modifikasi mereka sebagai free dan open source. Jarang diantara mereka yang mencoba mendapatkan keuntungan dari produk mereka yang merupakan topik perdebatan moral dalam dunia Linux.

Linux hanya suatu kernel yang berfungsi mengatur komunikasi antara berbagai titik dari suatu sistem, seperti CPU, mouse, hard drive dll. Untuk menggunakan kernel, kita harus menemukan cara untuk berkomunikasi dengannya yaitu menggunakan shell. Shells memungkinkan kita memberikan perintah yang kita pahami, dan mengirim perintah tadi ke kernel. Shell yang paling banyak digunakan di Linux ialah BASH shell (Bourne Again Shell). Bagi kebanyakan user, hanya dengan shell di atas kernel kita dapat menggunakan linux, untuk itu kita harus mengambil suatu distro.

Distro apa yang paling bagus? Untuk menjawabnya, kita harus merinci kebutuhan kita dalam menggunakan Linux. Berapa biaya untuk memperoleh suatu distro? Jawabannya ialah komputer + aliran listrik + internet + CD burner and CDs = Linux.

Senin, 25 Agustus 2008

Upaya Perbankan Meningkatkan kinerja TI

Untuk memenuhi tuntutan persaingan perbankan yang semakin ketat, dibutuhkan dukungan teknologi informasi (TI) dan sumber daya manusia (SDM) yang handal. Namun menurut Jos F Luhukay, deputy president director Bank Danamon, kemampuan SDM TI bank lokal belum memadai dalam menghadapi kemajuan teknologi yang terus berkembang. Kata Jos, tenaga TI bank-bank nasional belum mampu menangani perubahan teknologi dengan load yang tinggi dan dalam waktu singkat. Penyebabnya ialah kurang perhatiannya bank terhadap SDM TI-nya. Hal ini dimaklumi mengingat selama ini perbankan nasional masih menggunakan TI untuk mengejar pangsa pasar. Disini tidak butuh piranti TI yang terlalu canggih atau SDM TI yang piawai. Cukup yang sedang-sedang saja, bisnis sudah bisa jalan. Fenomena ini membuat kemampuan SDM TI perbankan nasional menjadi tidak meningkat.

Menurut Sasmita, direktur teknologi dan operasi Bank Mandiri, sejalan dengan perkembangan bisnis, Indonesia masih memerlukan banyak SDM TI yang andal. Apalagi kelak sistem TI di bank-bank besar akan makin kompleks. Lalu bagaimana upaya perbankan nasional dalam memenuhi kebutuhan SDM TI-nya untuk menghadapi persaingan yang makin ketat?

Pengunaan tenaga asing.

Bank Danamon menggunakan empat tenaga asing, begitu pula Bank Mandiri. Namun menurut Sasmita, penggunaan tenaga asing pada banknya hanya pada tingkat manajemen senior atau konsultan.

Pendidikan dan Pelatihan

PT Bank Himpunan lebih memilih tenaga TI Lokal dan mengembangkan kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan. Di Bank Mandiri, pengembangan kompetensi SDM TI juga menjadi keharusan. SDM TI Bank Mandiri dituntut tidak hanya dalam meningkatkan efisiensi dan pendayagunaan resources perusahaan, tetapi memfokuskan implementasi TI terarah pada fungsi-fungsi front office seperti customer relationship, marketing, product bundling dan lainnya. Artinya SDM TI harus mampu mengembangkan aplikasi TI agar dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dari level manajemen sampai operasional dalam bentuk penyediaan informasi dan pengetahuan yang relevan, tepat, akurat, terpercaya dan bernilai tinggi.

Pemanfaatan Teknologi Informasi pada PT Jamu Puspo Internusa (Jamu Puspo).

-8">

Kondisi pasar yang memprihatinkan, membuat sebagian produsen jamu memodernisasi usahanya. Salah satunya ialah PT Jamu Puspo Internusa produsen jamu puspo, yang berdiri sejak tahun 2000. ketika produsen jamu lain kinerjanya terpuruk akibat lesunya pasar domestik, jamu puspo melakukan ekspansi ke Malaysia, Filipina, dan Taiwan dengan produk-produknya seperti pacekap. Direktur Jamu Puspo mengungkapkan bahwa proses modernisasi akan meningkatkan penjualan, menjaga pangsa pasar, dan memperkuat daya saing melalui perbaikan kualitas bisnis, pelaksanaan program efisiensi, dan memperlebar pasar. Alat bantu efektif untuk mencapai itu ialah dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Jamu Puspo menerapkan solusi SAP Business One, sebuah sistem aplikasi Enterprise Resource Planning (ERP) untuk perusahaan kecil dan menengah. Berkat sistem aplikasi terintegrasi ini, proses bisnis Jamu puspo menjadi ramping, manajemen perencanaan lebih terukur, dan mendapatkan efisiensi biaya inventori. Perusahaan dengan 350 pegawai ini hanya perlu enam minggu untuk mengimplementasikan sistem tersebut dan go live pada November 2006.


Kondisi Sistem Informasi Sebelum Implementasi Sistem Baru

Diakui oleh direktur Jamu Puspo bahwa database sistem mereka yang lama tidak terintegrasi. Hal ini membuat lambat penyampaian informasi yang dibutuhkan manajemen dalam merespon perkembangan pasar. Kemudian, seluruh aktivitas selain bagian keuangan dilakukan secara manual.

Untuk bagian keuangan, data dari persediaan, gudang, penjualan sampai pabrikan tidak ada yang seragam. Informasi persediaan tidak akurat. Kemudian, untuk barang yang sama, antara bagian keuangan, pengadaan, dan gudang, statusnya berbeda-beda. Banyaknya proses manual pada document flow menyebabkan pemborosan waktu dan biaya. Contohnya, pada proses pembelian. Untuk menerbitkan satu purchasing order (PO), dibuat tembusan masing-masing untuk bagian akuntansi, keuangan, dan gudang. Kalau satu hari rata-rata diterbitkan 55 PO, maka dibutuhkan ratusan lembar kertas perhari.


Peranan ERP dalam meningkatkan kinerja perusahaan

Jamu Puspo memproduksi satu produknya rata-rata menggunakan 23-27 komponen yang berbeda. Tiap-tiap komponen harus dikelola secara baik, mulai dari pengadaan, pemesanan, sampai penyimpanan, untuk menghindari kesalahan proses produksi. Pekerjaan ini menjadi mudah setelah menggunakan sistem ERP. Manajemen bisa mengontrol penggunaan dan pengelolaan komponen dengan lebih akurat.

Untuk meningkatkan koordinasi, Jamu Puspo menghubungkan kantor pusat dengan pabrik secara online. Infrastruktur komunikasi seperti ini membuat pngelolaan dokumen lebih baik, distribusi dokumen lebih cepat, dan biayanya lebih murah. Penggunaan ERP juga memberi manfaat ekonomis berupa efisiensi dan skalabilitas. Contohnya, produktivitas tenaga back-office, service level para pemasoknya, serta informasi kegiatan usaha lainnya termasuk menghitung tingkat profitabilitas perjenis produk. peningkatan kecepatan dan akurasi informasi ini pada akhirnya memudahkan pengambilan keputusan.

Manfaat berikutnya adalah efisiensi biaya inventori. Penggunaan sistem memungkinkan perusahaan menghitung kebutuhan bahan baku produksi lebih cermat.

Perkembangan Open Source Software

Bulan ini, tepat 17 tahun sudah Linus mem-posting ke newsgroup.com.os.minix tentang proyek kernel sistem operasi yang dikembangkan oleh dirinya. Kernel yang nantinya bernama Linux tersebut—bersama software GNU dan free/open source software lainya –menjadi salah satu sistem operasi terpopular di dunia. Usia 17 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk umur sistem operasi. Dalam perjalanannya, banyak hal yang telah terjadi sehingga menjadikannnya seperti saat ini. Perlu ditekankan bahwa kontribusi komunitas dan dukungan berbagai perusahaan cukup membantu perkembangan dunia Linux. Ketika suatu sistem operasi dikembangkan hanya oleh satu perusahaan dan user hanya sepenuhnya menggunakan, maka kontrol penuh berada di tangan perusahaan tersebut. Tapi, kalau komunitas bisa pula memberikan kontribusi—dalam bentuk apapun—dan siapapun bisa mengembangkan sistem sesuai keinginan dan kemudian user bisa menyempurnakan (dan seterusnya), maka perkembangan sistem tersebut bisa sangat luar biasa. Ada banyak sekali yang telah terjadi di dunia Linux, berkat kontribusi komunitas dan berbagai perusahaan.

Ditulis ulang dari Majalah InfoLinux

Berikut adalah perkembangan distribusi Linux berupa momen-momen penting yang terkait.

1991

Pada September, Linus mempublikasikan karyanya lewat FTP server ftp.funet.fi. Awalnya Linus berencana untuk menamakan proyeknya sebagai freax, yang merupakan kombinasi free, freak dan x, yang menandakan sistem unix-like. Ari lemmke, administrator yang menyarankan Linus untuk meng-upload karyanya ke jaringan, tidak senang dengan nama tersebut dan kemudian memberikan nama Linux di FTP server.
Momen lahirnya Linux turut disemangati oleh Richard Stallman (pendiri proyek GNU dan Free Software Foundation-FSF), di mana pada tahun ini, beliau mengekspresikan ketertarikannya akan FSF mendistribusikan sistem GNU dengan kernel Linux.
Di tahun ini pula, Haavard Nord dan Eirik Chambe-Eng mulai mengembangkan GUI toolkit Qt. Seperti kita ketahui bersama, Qt hari ini merupakan salah satu GUI toolkit dominan di dunia Linux, di mana digunakan oleh KDE dan proyek lainnya.

1992
Pada Februari, sebuah proyek dengan nama MCC Interim Linux dirilis oleh Owen Le Blanc dari Manchester Computing Centre (MCC) University of Manchester, Inggris. Proyek ini kemudian dikenal sebagai distribusi Linux pertama yang mampu diinstal secara independen di komputer. Kernel yang digunakan adalah Linux versi 0.12. Bagi Anda yang tertarik dengan distribusi ini, masih bisa men-download-nya di ftp://ftp.mcc.ac.uk/pub/linux/mcc-interim/.
Sebelum rilis dilakukan, proyek yang bisa dianggap sebagai distribusi Linux adalah kumpulan floppy bootroot milik H J Lu. Setelah proyek ini dirilis, beberapa distribusi lain mulai dikembangkan. Salah satunya adalah Softlanding Linux System (SLS) yang dirilis oleh Peter MacDonald pada September. SLS merupakan distribusi pertama yang menawarkan Linus karya fitur, yang datang bersama dukungan TCP/IP dan X Windows System, selain kernel dan utiliti dasar. Distribusi ini kemudian menjadi begitu popular dan mendominasi pasar, sampai akhirnya developernya memutuskan untuk mengganti format executable dari a.out ke ELF, yang rupanya tidak diterima dengan baik oleh pengguna saat itu. Arsip SLS sendiri bisa didapatkan di http://www.ibiblio.org/pub/historic-linux/distributions/sls/.
Para pengguna awal SLS yang nantinya menjadi para tokoh kunci di dunia distribusi Linux di antaranya termasuk Patrick Volkerding dan Ian Murdock. Pat kemudian melakukan tweaking dan cleanup dan kemudaian melahirkan Slackware. Ian mengembangkan Debian. Di tahun ini, sebuah perusahaan dengan nama Software und System Entwicklung GmbH (SuSE) didirikan di Nuremberg, Jerman. Awalnya, perusahaan ini mendistribusikan versi Jerman dari SLS. Nantinya, seperti kita kerahui bersama, SUSE yang dibeli Novell adalah salah satu pemain utama di dunia Linux.

1993
Tahun ini sungguh bersejarah. Pada Juli, Patrick Volkerding merilis versi 1.0 dari distribusi Linux Slackware. Distribusi ini berbasiskan pada SLS. Bulan Agustus, Ian Murdock secara resmi mendirikan proyek Debian. Nama Debian adalah singkatan dari Debra (Istri Ian) dan Ian. Debian 1.0 sampai Debian 0.90 dirilis antara Agustus dan Desember 1993. Perlu kita catat bahwa kedua distribusi ini merupakan distribusi tertua yang masih aktif dikembangkan. Bahkan, mereka telah menjadi nenek moyang distribusi-distribusi popular. Turunan Slackware termasuk Vector Linux, Zenwalk, dan SLAX. Sementara, turunan Debian sendiri sangatlah banyak. Salah satunya yang popular adalah Ubuntu.
Kedua distributor tersebut sampai hari ini tampil sangat kokoh dan stabil. Walau demikian, kita bisa cermati bahwa package management yang digunakan sangatlah berbeda, di mana Debian menggunakan sistem DPKG dan APT yang rumit, sementara Slackware berbasis TGZ dan sangat sederhana.

1994
Awal tahun ini diawali dengan rilis Linux 1.0 pada Maret. Ukuran source kernel saat itu mencapai 1,016,601 bytes. Ini sekaligus menandai momentum pengembangan Linux yang lebih serius. Pada April, versi 1.0 dari SuSE Linux dirilis. Distribusi tersebut berbasis SLS.
Di tahun ini juga, pada Juli, Marc Ewing kali pertama mem-preview Red Hat Linux Versi 0.9 dari Red Hat Linux dirilis pada 31 Oktober. Hari ini, perusahaan Red Hat, Inc merupakan salah satu pemain terbesar di dunia Linux. Pada tahun 2007, pendapatan perusahaan ini tercatat lebih dari US$400 juta, dengan jumlah karyawan sebanyak lebih kurang 2200.

1995
Tahun 1995 adalah tahun Red Hat.
Pada tahun 1993, Bob Young mendirikan ACC Corporation, yang menjual aksesoris software Linux dan Unix. Pada tahun 1994, seperti disebutkan sebelumnya, Marc Ewing membangun distribusi Red Hat Linux. Bob Young kemudian membeli bisnis Marc Ewing pada tahun 1195 dan keduanya merger menjadi Red Hat Software. Kemudian pada Mei 1995, Red Hat Linux 1.0 diluncurkan. Ini merupakan rilis pertama setelah pembelian oleh Bob Young. Kernel yang digunakan adalah Linux 1.2.8.

1996
Tahun ini adalah tahun di mana Linux dan software-software pendukungnya mulai semakin berkembang. Pertengahan tahun, di Juni, Kernel 2.0 dengan source berukuran 4,718,270 bytes dirilis. Kernel ini dirilis setelah melalui 14 tahapan pre-release (2.0-pre1 sampai 2.0-pre14).
Di tahun ini juga, dua proyek sangat penting lahir. Yang pertama adalah proyek desktop environment KDE yang diumumkan pada Oktober. KDE dibangun oleh Matthias Ettrich. Awalnya, huruf K pada KDE disarankan sebagai Kool, namun pada akhirnya, hanya K saja. Satu hal yang menarik adalah, Matthias Ettrich memutuskan untuk menggunakan GUI toolkit Qt, yang pada saat itu, belum menggunakan lisensi yang kompatibel dengan software, di mana toolkit non-free digunakan untuk membangun desktop environment free.
Kemudian yang tak kalah penting adalah dimulainya proyek GTK+, sebagai toolkit untuk GIMP. Seperti kita ketahui bersama, saat ini GTK+ adalah salah satu GUI toolkit yang paling banyak digunakan di dunia Linux dan Unix. Berbagai proyek popular termasuk GNOME dibangun dengan toolkit ini.

1997
Pada Mei, Eric S. Raymond memberikan presentasi di Linux Kongress tentang makalah berjudul “ The Cathedral and The Bazaar”. Di model cathedral, software dikembangkan secara terbatas oleh kelompok tertentu. Di model Bazaar, software dikembangkan lewat internet secara publik. Garis besar makalah ini secara umum turut melahirkan metode open source.
Pada tahun ini, hacker terkenal Miguel de Icaza memulai proyek GNOME. Selain GNOME, Miguel bekerja di antaranya proyek Midnight Commander (file manager), Gnumeric (spreadsheet), dan Mono (versi open source dari Microfoft.NET untuk sistem Unix). GNOME desktop saat ini menjadi desktop default pada berbagai distribusi Linux popular, di antaranya Ubuntu.

1998
Di Januari, Netscape memulai proyek open source Mozilla. Dua bulan berselang, Netscape merilis sebagian besar source code Netscape Communicator di bawah lisensi Netscape Communicator Public License. Apa yang telah dilakukan oleh Netscape ini membuahkan hasil yang bagus sampai hari ini.
Kabar gembira juga datang di April, di mana GTK+ telah mencapai versi stabil 1.0. Rilis ini segera diikuti oleh rilis GIMP 1.0 di bulan Juni. GIMP adalah pengolah gambar yang sangat populer di dunia Linux bahkan Windows, sebagai alternatif dari pengolah gambar proprietary Photoshop.
Pesta di dunia free/open source belum berakhir, di mana di bulan Juli, KDE 1.0 juga dirilis. Lahirnya KDE setidaknya telah menjadikan dunia desktop Linux jauh lebih baik. Hal ini juga turut memicu Gael Duvel untuk membangun Mandrake Linux, yang boleh dikatakan sebagai versi KDE dari Red Hat Linux. Mandrake Linux, di waktu itu, sangat terkenal sebagai distribusi Linux yang sangat mudah digunakan.
Perkembangan Linux yang mulai pesat rupanya sangat mengganggu Microsoft. Menjelang akhir tahun, Eric Raymond memublikasikan dua memo internal Microsoft (yang dibocorkan kepadanya), di mana berisikan di antaranya strategi untuk menghadapi free/open source software dan Linux. Dokumen tersebut kemudian dikenal sebagai Halloween Document. Selengkapnya bias dibaca di http://www.catb.org/-esr//halloween/.
Tahun ini Sun Microsystems tampaknya memandang free/open source cukup serius. Hal ini setidaknya ditandai dengan dirilisnya StarOffice 5 untuk Linux, yang bebas di-download untuk penggunaan personal. Akhir tahun yang cukup sibuk ini ditutup dengan pengumuman proyek Yellow Dog Linux, yang dikhususkan untuk PowerPC.

1999
Awal tahun dimulai dengan kabar gembira. Kernel Linux 2.2 akhirnya dirilis dengan 10,592,549 byte setelah melalui 9 prerelease. Kernel ini datang dengan peningkatan dukungan arsitektur. Linux 2.2 juga merupakan versi pertama yang mendukung x86 vendor selection untuk fine-tuning yang lebih baik. Di rilis ini juga, datang sebuah fitur menarik, yaitu frame-buffer console.
Dunia desktop Linux turut diperkaya oleh lahirnya GNOME 1.0 pada Maret, yang disambut gembira di press conference Linux World.
Di September, DemoLinux stabil pertama diluncurkan. DemoLinux adalah salah satu distributor Linux Live CD pertama.
Corel tampaknya juga tertarik dengan dunia Linux dan turut meluncurkan distribusi Linuxnya pada Linux Business Expo di November.
Sebelum memasuki tahun 2000, id Software memberi sebuah hadiah liburan untuk kita semua : source code Quake 1.

2000
Sejak November 1999, sourceforge sebenarnya telah up dan berjalan. Namun, baru pada Januari 2000, VA Linux Systems mengumumkannya secara resmi. Sampai Akhir tahun, SourceForge telah meng-host lebih dari 12000 proyek, dengan lebih dari 92000 developer terdaftar.
Borland, yang sangat dikenal sebagai perusahaan yang mengembangkan berbagai tool untuk software development, agaknya idak mau ketinggalan dengan gerakan open source. Di Januari, Inprise (Borland) mengumumkan akan mengopensourcekan Interbase, yang merupakan salah satu database powerful.
Dukungan datang juga dari IBM, yang merilis Journaled File System (JFS) di bawah GPL ke komunitas Linux di Februari. Di bulan ini, rilis stabil pertama untuk port inux dari openSSH (1.2.2) diumumkan.
Di bulan Februari ini juga, beberapa versi embedded Linux diluncurkan. Di antaranya Monta Vista yang merilis Hard Hat Linux 1.0, Lynx Real-Time yang merilis BlackCat Linux 1.0 dan EMJ Embedded System yang mengumumkan White Dwarf Linux.
Dunia desktop Linux kembali dimeriahkan dengan dirilisnya Xfree86 4.0 di bulan Maret. Ini adalah rilis versi mayor yang datang dengan banyak perubahan dan fitur baru. Di antaranya adalah OS-independent loadable module untuk driver video, ekstensi X, renderer font, driver input device, dan lain sebagainya.
Di April, Andy Tanenbaum turut memberikan hadiah untuk komunitas open source, dengan merilis Minix di bawah lisensi BSD. Beberapa analis berpendapat, apabila Minix dirilis seperti ini dari awal, Linux mungkin tidak pernah ada.
Masih di bulan yang sama, Inprise/Borland mengumumkan rencana untuk merilisa Delpji for Linux. Ini adalah kabar gembira untuk banyak developer.
Di Mei, PHP 4.0 dirilis. Ini adalah perubahan besar di dunia web application development. PHP sendiri, seperti kita ketahui bersama adalah salah satu bahasa pemrograman web terpopuler saat ini.
Seperti telah dijanjikan sebelumnya, di bulan Juli, Borland/Inprise merilis source code InterBase 6.0 di bawah varian Mozilla Public License (MPL) v1.1. Di bulan ini juga, compiler FreePAscal 1.0 dirilis.
Di September, Trolltech memberikan hadiah untuk komunitas free/open source menambahan opsi GPL pada Qt. Komunitas pun bersuka ria.
Situs wikipedia mencatat bahwa Knoppix, yang merupakan salah satu fenomena besar di dunia Linux, dirilis pada versi 1.4 pada 30 September. Knoppix, yang menyediakan fungsionalitas live linux di CD/DVD, telah memiliki sangat banya turunan.
Di Oktober, satu peristiwa penting telah terjadi. Source code StarOffice dirilis pada situs OpenOffice.org. Source codenya terdiri dari 35.000 file dalam 2.100 direktori. Tanpa OpenOffice.org barangkali perkembangan Linux di dunia perkantoran tidak akan secepat saat ini.
Tahun ini ditutup dengan kabar gembira bahwa IBM akan menginvestasikan dana sebesar US$1 miliar untuk pengembangan Linux.

2001
Di awal tahun, Linux kernel 2.4 dirilis. Ini adalah kabar gembira untuk semua pengguna Linux. Hadirnya kernel 2.4 menandai sejumlah perkembangan yang mengikuti, termasuk maraknya perkembangan distribusi Linux.
Di Maret, Borland merilis Borland Kylix for Linux. Proyek ini sesungguhnya sangat prospektif, terutama dilihat dari betapa suksesnya Delphi di Windows. Banyak sekali developer yang menaruh harapan pada Kylix. Sayang berjuta sayang, setelah beberapa dirilis, Kylix harus masuk ke museum Borland.
Bulan april juga membawa kabar gembira tersendiri, di mana Sony mengumumkan Linux kit untuk Playstation 2 akan dikapalkan di Jerman pada bulan Mei. Ini tentu saja membuktikan semakin luasnya penggunaan Linux. Kabar yang tak kalah serunya adalah SAP merilis databasenya sebagai open source.
Di bulan-bulan berikutnya, kabar gembira seakan tidak pernah usai. Dimulai dari Mei, di mana SGI merilis XFS 1.0. Di bulan Juni, IBM tidak mau kalah dengan merilis JFS 1.0. Bulan Juli adalah bulan gembira bagi software developer, di mana Ximian meluncurkan proyek Mono. Di Bulan Agustus, pendiri mp3.com Michael Robertson memulai pengembangan Lindows dan memperkaya dunia distribusi Linux.
Di bulan Oktober Red Hat 7.2 dirilis. Versi ini adalah basis untuk Red Hat Enterprise Linux 2.1 AS (Red Hat Advanced Server 2.1).
Melengkapi kabar gembira di tahun ini, Sharp meluncurkan PDA Zaurus berbasis Linux, yang nantinya menjadi sangat popular.

2002
Sebuah kabar gembira datang dari dunia kernel di Februari. Preptible kernel patch dan Advanced Linux Sound Architecture di merge ke kernel 2.5. Ini berarti, dunia desktop akan semakin menyenagkan di Linux.
Di Maret dunia desktop juga semakin dimanjakan dengan lahirnya GTK+ 2.0 yang datang dengan banyak perubahan dan perbaikan. CodeWeavers juga merilis CrossOver Office, yang memungkinkan pengguna untuk menjalankan Office dan aplikasi Windows lain di atas Linux.
Di bulan ini jugalah Gentoo Linux 1.0 dirilis. Awalnya, Gentoo dikembangkan oleh Daniel Robbins sebagai Enoch Linux Distrubution. Tujuannya adalah distribusi Linux yang dibangun dari source code, di-tuning sesuai hardware dan hanya berisikan program yang dibutuhkan. Dunia kantoran yang mungkin skeptis dengan Linux setidaknya akan sedikit membuka diri dengan dirilisnya OpenOffice.org pada bulan Mei. Walaupun masih terdapat cukup banyak kelemahan, ini adalah perkembangan besar.
Melihat semakin mantapnya Linux, Oracle pun tergoda dan memulai kampanye Unbreakable Linux pada bulan Juni. Di Indonesia, gema ini pun terasa di mana Oracle Indonesia bekerja sama dengan KPLI (Jakarta) menghadairkan beberapa event.
Di bulan Juni juga Mozilla 1.0 dirilis. Pengguna Linux semakin termanjakan. Desktop Linux semakin dekat. Apalagi dengan dirilisnya Ogg Vorbis 1.0 pada bulan Juli.
Oracle tidak main-main dengan kampanyenya. Pada bulan Agustus, Oracle merilis File system cluster-nya di bawah GPL.

2003
Xandros juga menjawab kebutuhan akan dunia desktop Linux dengan merilis Xandros Deskto 1.0 pada Januari 2003. Begitu pun dengan Blitstream yang merilis font Vera ke proyek GNOME di bawah lisensi yang tebuka.
Di tahun ini, ada perubahan besar di dunia Linux, atau setidaknya di dunia Red Hat. Pada April, Red Hat Linux 9 diluncurkan. Sayangnya, di bulan Juli, Red Hat mengumumkan bahwa era Red Ha telah berakhir dan sebagai gantinya, era Red Hat Linux Project akan dimulai. Beberapa bulan ke depan, tepatnya di September, Red Hat Linux Project berubah nama menjadi Fedora Project. Tak lama kemudian, tepatnya di bulan November, Fedora Core 1 dirilis. Perubahan ini terjadi begitu cepat dan cukup menghebohkan. Termasuk di Indonesia.
Penulis berpendapat bahwa pada momen inilah, dunia industri TI di dunia mulai lebih serius akan bisnis di dunia open source.
Pada Agustus, Novell membeli perusahaan Ximian. Kiprah Novell dalam membeli kemudian berlanjut pada akuisisi SUSE pada bulan November sebesar US$210 juta.
Dunia Linux kembali dihebohkan dengan lahirnya kernel 2.6 di bulan Desember. Ini adalah hadiah terbesar tahun ini dan sekaligus menjai tonggak masuknya Linux ke dunia enterprise. Sebelum lahirnya kernel 2.6, bila mau membeli USB flash disk, maka perlu diuji apakah USB tersebut dikenal atau tidak oleh sistem Linux, di depan penjualnya. Tentunya setelah negosiasi harga selesai. Setelah lahirnya 2.6, satu-satunya yang perlu dilakukan adalah negosiasi harga.

2004
Di bulan Januari, kalangan developer distribusi Linux sedikit terganggu dengan perubahan lisensi proyek Xfree86. Lisensi baru secara luas dipertimbangkan sebagai non-free. Oleh karena itu, X.org foundation kemudian merilis X11R6.7 pada bulan April. Rilis yang datang dengan fungsionalitas baru yang signifikan barangkali adalah R6.8 yang diluncurkan pada bulan September.
Di bulan Juni, dua kabar gembira hadir untuk kita. Yang pertama adalah dirilisnya Mono 1.0. Yang kedua adalah Sun Microsystems merilis Project Looking Glass dan Java 3D sebagai proyek open source.

Semester kedua adalah semester yang penuh suka cita :

- Di bulan Juli, PHP 5.0 dirilis dan datang dengan sangat banyak perbaikan

- Di bulan Oktober, satu peristiwa besar telah terjadi dalam sejarah dunia Linux, tak lain lahirnya Ubuntu Linux

- Di bulan November, Firefox 1.0 dirilis

- Di bulan Desember, Thunderbird 1.0 dirilis.

2005
Di tahun ini, perkembangan Linux semakin mantap dan satu persatu bidang mulai semakin diperkuat. Pada bulan Februari, Mozilla melengkapi deretan produknya dengan meluncurkan Sunbird 0.2 yang merupakan rilis ‘resmi’ pertama untuk aplikasi kalender.
Di bulan Mei, Nokia mengumumkan 770 tablet, yang menjalankan Linux. Di bulan ini juga, OpenDocument disetujui sebagai OASIS standard.
Proyek Open SUSE, yang menjadikan pengembangan distro lebih terbuka, diluncurkan pada bulan Agustus. Setahun kemudian, Agustus 2006, versi komunitas dari Linux SUSE diganti namanya menjadi openSUSE. Selanjutnya, selama bertahun-tahun ke depan sampai saat ini, openSUSE adalah salah satu distribusi Linux terpopular.
Google Summer of Code, di mana idenya datang langsung dari pendiri Google, Sergey Brin dan Larry Page, mendanai lebih kurang 400 proyek. Selama bertahun-tahun ke depan, event ini semakin popular dan turut memperkaya dunia open source.
Bulan Oktober adalah bulan bahagia. Bagaimana tidak? OpenOffice.org 2.0—sebuah penantian yang juga sangat panjang—juga akhirnya dirilis pada versi 0.9 dan menyatakan siap untuk testing secara komersial. Dengan adanya Wine, pengguna Linux dapat menjalankan aplikasi Windows . Sangat memudahkna proses migrasi tahap awal.

2006

Di tahun inilah desktop Linux makin banyak mendapat perhatian. Membuka tahun, Novell merilis kode Xgl. Sebulan setelahnya, di bulan Februari, gantian Red Hat yang merilis AIGLX. Desktop Linux pun siap untuk menari-nari.
Menjelang pertengahan tahun, di bulan Mei, format OpenDocument menjadi standar ISO. Ini adalah perkembangan besar.
Menjelang akhir tahun, Novell dan Microsoft mengumumkan joint patent agreement. Kedua perusahaan itu akan berjanji lebih dekat lagi. Kerja sama ini menuai protes dari komunitas.

2007
Pada 29 Juni, GPLv3 akhirnya dirilis setelah melewati beberapa tahapan draft. Sebagai catatan, GPLv1 dirilis pada Januari 1989 dan GPLv2 dirilis pada Juni 1991.
Menjelang akhir tahun, source code qmail ditempatkan pada public domain. Qmail merupakan mail transfer agent popular di dunia Linux.
Akhir tahun 2007, tim Samba mendapatkan akses ke dokumen protokol Microsoft (perintah pengadilan untuk antitrust). Ini artinya, Samba diharapkan akan bekerja lebih baik dan lebih kompatibel lagi. Selamat!

2008
Tahun 2008 ini, Linux dan dunia free/open source telah semakin dikenal dan digunakan berbagai pihak. Linux kini bukan barang aneh lagi yang harus diperkenalkan dengan susah payah. Diharapkan ke depan, Linux semakin maju.

Model Bisnis Open Source

Hingga saat ini ada beberapa model bisnis yang bisa diterapkan dengan program open source.

1. Support/seller.
Pada model bisnis ini disamping menekankan pada penjualan media distribusi dan branding, juga pada pelatihan, jasa konsultasi, kustomisasi dan dukungan teknis purna jual. Hal tersebut bisa dilakukan secara terpisah. Model inilah yang banyak dilakukan oleh perusahaan distro Linux. Bisa juga perusahaan pembuat distro tidak menyediakan dukungan teknis, tetapi perusahaan lain yang tak membuat distro menjadi penyedia dukungan teknis. Hal ini sangat dimungkinkan dalam model bisnis open source, karena tidak adanya monopoli.

2. Pemberian Jasa Solusi Terpadu.
Pada model bisnis ini, software Open Source tidak berdiri sebagai suatu produk yang dijual. Tetapi akan dikemas menjadi satu dengan jasa lainnya, misal jasa instalasi, kustomisasi, implementasi, pelatihan yang dikemas menjadu satu paket produk. Misal SuSE dengan distribusinya membuka peluang untuk memperoleh proyek di beberapa bank di Jerman. Saat distribusi yang dikemas SuSE ditawarkan dengan solusi terpadu, banyak pihak (terutama di Eropa yang berpusat di Jerman) mempercayai SuSE untuk membangun jaringan mereka, lengkap dengan support dan pelatihan. Sebagai contoh akselerator partikel di Jerman, DESY http://www.desy.de menggunakan SuSE Linux di semua workstation yang digunakannya. Sparkasse Bank di Jerman juga memanfaatkan SuSE Linux.

3. Penjualan perangkat lunak dengan nilai lebih.
Sebagai analogi, bahwa setiap orang bisa memasak air, namun perusahaan Aqua hingga sekarang masih jalan dengan baik. Begitu pula software, jika ditambahkan nilainya, dikemas dengan baik, tentu orang-orang akan membelinya. Yang menjadi tantangan tentulah membangun brand di tengah pasar yang dituju. Sebagai contoh, RedHat yang membundel Software-nya dengan Oracle, UnicenterTNG, hingga merambah ke embedding device dengan menjalin kerja sama ke Ericcson, Hitachi dan Motorolla. Untuk pembundelan dengan hardware, RedHat bekerja sama dengan vendor besar macam IBM. Penambahan nilai yang diberikan oleh RedHat, tentu akan memberikan jaminan lebih tinggi terhadap distribusinya untuk dibeli dan dimanfaatkan secara massal.

4. Program Open Source sebagai service enabler
Sebuah perusahaan yang memiliki core business di dalam penjualan perangkat lunak propietary (baik level aplikasi maupun level sistem operasi yang dibundel dengan hardware), dapat memanfaatkan proyek open source sebagai service enabler (bagian dari perangkat pemasaran). Adanya software open source yang diberikan perusahaan itu menyebabkan konsumen cenderung akan membeli perangkat keras atau perangkat lunak dari perusahaan tersebut. Hal ini juga dilakukan dengan membantu banyak proyek open source yang bila berjalan akan mendorong ke arah pembelian produk perusahaan tersebut lainnya. Hal ini juga membantu perusahaan dalam menciptakan brand image, bahwa perusahaan tersebut peduli terhadap komunitas. Perusahaan yang menerapkan hal ini misalnya SUN Microsystem yang melepas StarOffice dan SGI (Silicon Graphics) yang merelease Journaling File System dan beberapa aplikasi grafisnya. Ini juga dilakukan beberapa vendor card seperti Creative (Sound Blaster).

5. Software Franchising.
Model bisnis ini merupakan model kombinasi antara brand licensing dan support/seller. Sebuah perusahaan yang memiliki distribusi Linux, dapat membangun sendiri komunitasnya. Dengan model berlangganan, pelanggannya dapat memperoleh fasilitas gratis, dan upgrade gratis. Selain pengguna, juga terdapat didalamnya komunitas reseller, dan kontributor. Untuk itu cukup dikenakan biaya berlangganan dengan nilai yang relatif rendah, namun menjadi berarti saat dikumulatifkan dalam jumlah besar (dengan sasaran komunitas yang berjumlah besar). Model ini mirip trend Application Service Provider dan telah diterapkan oleh Trustix dengan produk Xploy -nya sejak awal. Pengguna tak perlu membeli perangkat lunak. Jelas biaya upgrade tidak dibutuhkan karena sudah termasuk dalam biaya langganan.

6. Widget frosting.
Model ini dilakukan pada dasarnya dengan menjual perangkat keras yang menggunakan program open source untuk menjalankan perangkat keras seperti sebagai driver atau lainnya. Misal pembuatan MP3 player dengan memanfaatkan sistem operasi Linux. Contoh yang sudah banyak beredar adalah Cobalt server, firewall CyberGuard, Radio Internet , dan sebagainya. Penggunaan Linux memungkinkan ongkos produksi lebih rendah untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.

7. Accecorizing atau Merchandizing.
Perusahaan mendistribusikan buku, perangkat keras, atau barang fisik lainnya yang berkaitan dengan produk Open Source, misal penerbitan buku OReilly, atau pembuatan boneka, topi dan kaos. Pengguna logo ataupun materi Open Source relatif tidak membutuhkan biaya lisensi ketimbang materi closed source. Penerbitan majalah Linux ini telah diterapkan di Indonesia oleh majalah InfoLinux (yang bakal terbit di awal Januari 2001). Melihat model di atas tampak adanya kecenderungan model bisnis di perangkat lunak makin menyerupai model bisnis pada media. Perkiraan ini seperti yang diutarakan oleh Daniel Burnstein dan David Kline (1995) dalam bukunya, Road Warriors : Dreams and Nightmare along the Information Highway. Perubahan ini cepat atau lambat akan makin terasa tanpa kita sadari. Gratisnya Open Source sering menimbulkan pandangan bahwa tak ada kemungkinan bisnis di dalamnya. Tetapi kalau kita melihat saat ini banyak bisnis memakai model gratis, baik sebagai service enabler atau sebagai fungsi lainnya. Sebagai contoh banyak majalah atau koran yang dibagikan gratis (dalam hal ini pemasukan adalah dari iklan). Di Jerman atau di banyak negara Eropa, handphone bisa didapatkan seharga 0 DM (alias gratis), asalkan pengguna membayar uang langganan per bulan sehingga handphone berfungsi sebagai service enabler. Di Inggris pengguna telah memiliki pilihan melakukan koneksi ke Internet tanpa membayar. Juga dengan adanya software yang bersifat adware, yaitu pengguna mendapat perangkat lunak gratis tetapi harus menonton iklan menunjukkan. Hal ini semua menunjukan bahwa ada suatu peluang bisnis, walau sepintas lalu barangnya gratis. Selain bentuk-bentuk yang sudah berjalan di atas, tidak menutup kemungkinan akan munculnya bentuk-bentuk lain yang lebih kreatif. Hal ini sudah menjadi konsekuensi logis dari sifat open source yang terbuka bebas. Selain kreatifitas, ada dinamika, penghargaan terhadap heterogenitas, hingga nilai sosial yang dibawanya dalam bisnis kapitalis di bidang TI. Sudah saatnya praktisi TI di Indonesia mengambil manfaat dari beberapa contoh kasus di atas, dan mencuri peluang dari terbukanya metode open source. Memang bila kita tidak memahami model Open Source, maka berita seperti runtuhnya harga saham RedHat seperti menunjukkan bahwa tidak ada jaminan bagi pengguna Linux. tetapi bila kita sadar bahwa model bisnis Open Source sangat berbeda dengan closed source tentunya kita malah melihat suatu kesempatan yang terbuka luas di depan mata. Bila perusahaan sekaliber IBM mulai memperbesar unit Linuxnya (apalagi setelah tersedia port ke mainframe S/390), dan perusahaan seperti Hewlett-Packard (HP) mengontrak Bruce Perens untuk unit Linux-nya.